Hari ini pandangan ku jauh menerawang cakrawala…
Sebuah gumpalan kapas embun yang indah
Aku kini sedang duduk di bawah sebuah batang pohon yang rubuh…
Kaki ku tanpa alas… dan tanpa ragu pula
Aku kini beranjak menyelungurkan tangan kedepan…
Satu hari di pantai melur…
Kaki ku sudah basah oleh ribuan tetes jernih air laut
Kain celana ku juga telah basah menyerap berliter-liter air
Aku tak mampu lebih beranjak lagi dari rasa dingin ini…
Semua kehangatan dan sejuk aku rasakan dalam ribuan
Awan mulai menepi sinar surya mulai merebahkan sayapnya,
Silaunya sampai kedalam retina mataku…
Tak anggup aku menahan…
Ku jatuhkan kepala ini diperaduan air yang tenang.
Rasa asin tak terbaca lagi oleh lidah ini,
manis telah lebih dulu mnggantikan,
Entah mengapa air ini tidak terlampau asin…
Aku mengepakkan telapak kaki ku diatas
ketinggian satu meter diatas muka samudra lepas..
tanggan ku kutarik menyentuh tulang ruuk ku…
Tak tersa pan yang bergeliat…
Jauh dari pandangan indra ini kulihat
gelimangan burung camar beradu padu meliuk rendah
diatas muka air wajah pantai melur ini…
Aku terjungkal keatas saat dadaku penuh karbondioksida.
Aku telah jauh dari pantai…
Kemabali ku kepakkan kaki ini…
Sampai ketepian pasir yang putih bermutiara
Aku beranjak dengan beribu litter air asin
Terasa berat sungguh…
Kini surya telah beranung ditepi laut
Hanya terlihat setengah …
Namun sinarnya terlihat terlampau megah.
Sungguh nyatanya tak ingin ku pergi
Hati ku masih teringgal di tengah samudera
Hendak ku gapai lagi, tak bisa sungguh
Namun biarlah dia disana …
Menjadi pemantau harian di pantai melur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !