5.19.2009

Pemantau Harian

Hari ini pandangan ku jauh menerawang cakrawala…

Samar terlihat oleh panca indra ku ini…

Sebuah gumpalan kapas embun yang indah

Aku kini sedang duduk di bawah sebuah batang pohon yang rubuh…

Kaki ku tanpa alas… dan tanpa ragu pula

Aku kini beranjak menyelungurkan tangan kedepan…

Satu hari di pantai melur…

Kaki ku sudah basah oleh ribuan tetes jernih air laut

Kain celana ku juga telah basah menyerap berliter-liter air

Aku tak mampu lebih beranjak lagi dari rasa dingin ini…

Semua kehangatan dan sejuk aku rasakan dalam ribuan pori kulitku ini.

Awan mulai menepi sinar surya mulai merebahkan sayapnya,

Silaunya sampai kedalam retina mataku…

Tak anggup aku menahan…

Ku jatuhkan kepala ini diperaduan air yang tenang.

Rasa asin tak terbaca lagi oleh lidah ini,

manis telah lebih dulu mnggantikan,

Entah mengapa air ini tidak terlampau asin…

Aku mengepakkan telapak kaki ku diatas

ketinggian satu meter diatas muka samudra lepas..

tanggan ku kutarik menyentuh tulang ruuk ku…

Tak tersa pan yang bergeliat…

Jauh dari pandangan indra ini kulihat

gelimangan burung camar beradu padu meliuk rendah

diatas muka air wajah pantai melur ini…

Aku terjungkal keatas saat dadaku penuh karbondioksida.

Aku telah jauh dari pantai…

Kemabali ku kepakkan kaki ini…

Sampai ketepian pasir yang putih bermutiara

Aku beranjak dengan beribu litter air asin

Terasa berat sungguh…

Kini surya telah beranung ditepi laut sana

Hanya terlihat setengah …

Namun sinarnya terlihat terlampau megah.

Sungguh nyatanya tak ingin ku pergi

Hati ku masih teringgal di tengah samudera sana

Hendak ku gapai lagi, tak bisa sungguh

Namun biarlah dia disana …

Menjadi pemantau harian di pantai melur


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !