11.08.2008

Mengecoh Monyet

Abu Nawas sedang berjalan–jalan santai. Ada kerumunan massa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa ditengah jalan.
“ada kerumunan apa disana?” Tanya abu nawas.
“pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib”
“apa maksudmu dengan monyet ajaib ?” kata Abu Nawas ingin tahu.
“monyet yang bias mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” Kata kawan abu nawas menambahkan.
Abu nawas makin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang itu.
Kini abu naeas sudah berada ditengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet bamgga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.
Tidak heran bila banyak diantara para penonton mecoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat monyet itu mengangguk-angguk, tetapi sia-sia. Monyet itu tetap menggeleng-gelengkan kepala.
Melihat kegigihan monyet itu Abu Nawas semakin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang itu Abu Nawas bertanya,
“tahukah engkau siapa aku ?” monyet itu menggeleng.
“apakah engkau tidak takut kepadaku ?” Tanya abu nawas lagi. Namun monyet itu tetap menggeleng.
“apakah engkau takut kepada tuanmu ?” Tanya Abu Nawas memancing. monyet itu mulai ragu.
“bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuan mu.” lamjut abu nawas mulai mengancam. Akhirnya monyet itu terpaksa mengangguk-angguk.
Atas keberhasilan Abu Nawas membuat monyet itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik monyet hingga ia memukuli binatang yang malang iyu. Pemilik monyet itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya, kali ini ia melatih monyetnya mengangguk-angguk.
Bahkan ia mengancam akan menghukum berat monyetnya bila sampai bias dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abu Nawas. Tak peduli apapun pertanyaan yang di ajukan.
Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat monyet itu menggeleng-geleng kepala. Maka seperti hari sebelumnya, banyak penonton tidak sanggup memaksa monyet itu menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya, Abu Nawas maju. Ia mengulang pertanyaan yang sama.
“tahukah engkau siapa daku ?” monyet itu mengangguk.
“apakah tidak takut kepada ku ?” monyet itu tetap mengangguk.
“apakah engkau tidak takut kepada tuanmu ?” pancing Abu Nawas. Monyet itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya dari pada Abu Nawas.
Akhirnya Abu Nawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam panas.
“tahukah engkau apa guna balsam ini ?” monyet itu tetap mengangguk.
“baiklah, bolehkah kugosok selangkangmu dengan balsam ini ?” monyet itu mengangguk.
Lalu Abu Nawas menggosok selangkang binatang itu. Tentu saja monyet itu merasa agak kepanasan dan mulai panic.
Kemudian abu nawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga beri balsam
“maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu ?” Abu Nawas mulai mengancam. Monyet itu mulai ketakutan. Dan rupanya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah.
Abu Nawas dengan kecerdikan dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan monyet yang dianggap cerdik.
Ah, jangankan seekor monyet, manusia paling pandai saja bisa di kecoh Abu Nawas!

1 komentar:

Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !