11.08.2008

Membalas Perbuatan Raja

Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi beberapa pekerja kerajaan atas titah langsung baginda raja membongkar rumah dan terus menggali tanpa bias dicegah. Kata mereka tadi malam baginda bermimpi bahwa dibawah rumah abu nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan. Dan baginda juga tidak meminta maaf kepada Abu Nawas. Apabila mengganti kerugian. Inilah yang membuat Abu Nawas memendam dendam.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas baginda. Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidaj dimakan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu nawas tetap tidak beranjak. Keesokan harinya Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. Ia tiba-tiba tertawa riang.
“tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi.”
Abu Nawas berkata pada istrinya.
“untuk apa ?” Tanya istrinya heran.
“membalas baginda raja.” Kata Abu Nawas singkat. Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata,
“ampun tuanku, hamba menghadap tuan baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba.”
“siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas ?”sergap baginda kasar.
“lalat-lalat ini, tunku.”kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya, “kepada siapa lagi kalau bukan kepada baginda junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini.”
“lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku ?”
“hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari baginda sendiri agar hamba bias dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu.”bagindaraj tidak bias mengelakkan diri menolak permintaan Abu Nawas karena pada saat itu para menteri sedang berkumpul di istana. Maka dengan terpaksa baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu di manapun mereka hinggap.
Tanpa menunggu perintah Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap disana sini. Dengan tongkat besi yang sudah sejak tadi dibawanya dari rumah, Abu Nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu. Ada yang hinggap di kaca.
Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian giliran patung hias sehingga sebagin dari istana dan perabotanmya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas. Bahkan Abu hawas tidak merasa malu memukul lalat yang kebetulan hinggap di tempayan baginda raja.
Baginda raja tidak bias berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya. Dan setelah merasa puas, Abu Nawas memohon diri. Barang-barang kesayangan baginda banyak hancur. Bukan hanya itu saja, baginda juga menanggung rasa malu.
Abu Nawas pulang dengan perasaan lega. Istrinya pasti sedang menunggu dirumah untuk mendengarkan cerita apa yang dibawa dari istana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !