Tiga tahun yang lalu, dimana semua masih terasa biasa, aku masih sendiri didalam kesendirian yang tak pernah tamat, aku bukanlah seorang anak yang mudah dapat membaur saat itu dan rupanya hingga sampai saat ini masih saja begitu, banyak yang aku takuti, berbagai asumsi menjalar didalam kepala ku, seorang anak lelaki yang sungguh sangat tidak mengerti apapun, aku bukan seorang yang sombong, aku juga tidak angkuh dan merasa paling benar, aku bukan manusia yang berasaskan individualisme, tapi apa yang ada dalam diriku adalah sebuah keharusan yang memang telah terjadi, tentunya ini bukan mau ku.
Semua orang berhak mengenal ku, mereka harus tahu siapa aku. Tiga tahun yang lalu dan tiga tahun belakangan ini, aku bisa merasakan sebuah keramaian di dalam kesendirian. Semua berkat doa yang terus ku panjatkan, aku memang berbeda, berbeda dari yang telah ada dan berada di dunia ini. Aku juga bukan manusia yang sempurna, aku lemah dan tak mempunyai daya yang lebih. Namun aku pahami semua itu sebagai sebuah anugerah walau terkadang anugerah ini membuatku terasa tersiksa, “biarlah” itu kata hatiku. Keikhlasan ini sudah menjadi tameng yang sangat tebal, sehingga tak perlu lagi ku sesali apa yang telah terjadi. Aku memang patut bersedih atas semua yang aku miliki, namun aku lebih berhak untuk mensyukurinya dan membumbuinya dengaan senyuman dan tawa yang gemilang, bagaimanapun aku tercipta didunia ini bukanlah tanpa sebab dan fungsi, mungkin keberadaanku tidak dapat membuat siapapun senang, namun aku senang dengan keberadaanku di kehidupan ini.
Terkadang aku merasa kesepian, namun terkadang sepi itu membuatku merasa tenang apabila tiada yang bisa mengerti siapa aku, aku masih membutuhkan mereka sahabat-sahabatku, walau bagaimanapun keadaanku mereka tetap bisa mengerti dan memberikan pembauran yang indah, selalu saja membuatku tersenyum. Sahabat-sahabatku itu, mereka yang terbaik, ku temua mereka tiga tahun yang lalu, waktu itu aku masih terbilang kecil dan tak tau apa-apa, mereka hadir dengan cara yang sederhana, mereka sangat welcome. Aku bahagia, ku habiskan masa-masa hingga akhirnya kami menamatkan bangku SMA, keterpaksaan membuat kami terpisah dalam jarak, demi cita-cita yang masing-masing kami miliki. Kesedihan itu ada, namun dimanapun kami berada tentunya kami tetap sahabat.
Tahukan kalian semua, siapa yang membelaku disaat tiada yang mau membelaku? Dan siapa yang bisa menghentikan tangis ku disaat tiada yang mau melakukannya untukku, dan siapa yang mau memujiku disaat semua orang meremehkanku!. Jawabannya adalah mereka para sahabatku. Mereka tidak pernah merahasiakan apapun, tak ada yang mereka sembunyikan, tiada kesalahpahaman diantara kami, aku sedih membayangkan perpisahan, karena saat ini aku tak mampu merasakan hal yang sama terhadap orang lain, mereka para sahabatku, hanya merekalah yang bisa. Disini ditempat baru ini aku hanya sendiri, walau aku memiliki teman, namun mereka tak mungkin bisa melakukan yang biasa dilakukan sahabat-sahabatku, banyak rahasia yang mereka simpan di tempat baru ini, aku tidak memiliki kenyamanan disini dengan mereka, walau mereka baik namun tak sama, tak pernah ku dengar kata-kata yang mampu membuatku bersemangat dari mulut mereka, mereka hanya ingin dimengerti tanpa mau mengerti, mereka hanya mau merasakan senang tanpa melihat apa yang aku rasakan, aku tak tahan dengan ini semua, aku ingin sahabat-sahabatku ada disini menemaniku, aku rindu sekali, hanya dengan sahabat-sahabtku itulah aku dapat tertawa lepas, hanya dengan merekalah aku dapat merasakan kebahagiaan yang mutlak, aku rindu hal-hal itu, aku rindu semu hal yang kualami dulu.
Sahabat-sahabatku, disini aku mulai melakukan apa yang kalian mau, aku mulai bergaul dengan mereka semua yang baru disini, walau itu susah, karena naluriku berkata lain, aku tidak bisa secepat itu mendapatkan yang baru, aku masih butuh kalian. Disaatku tuliskan ini aku tengah menangis sahabatku, aku rindu kalian, aku sangat merindukan kalian, hanya kalian yang bisa mengobati sakit hati yang aku alami disini, hanya kalian yang mampu sahabat.
Dulu aku bisa mendapatkan kegembiraan yang sesungguhnya dari kalian, tapi kini tidak ada yang berbagi bahagia itu untuk ku, aku ingat disaat dulu, kalian temani kesepianku di sekolah, kalian mau menjadikan ku teman disaat tidak ada yang mau merelakan diri untuk menjadi temanku, aku bahagia sahabat, aku yang lemah ini kalian jadikan kuat saat itu, aku yang sangat merasa diremehkan oleh yang lain saat itu menjadi kian tegar oleh kalian, ku ingat disaat kita memadu nasib bersama disekolah, berjuang demi mendapatkan angkan 100, dan berjuang untuk menjadi yang pertama di sekolah. Dulu hari-hariku tidak sesepi ini, namun sekarang kesepian mulai menyengat lagi. Bagaimana aku lakukan hal yang aku inginkan dengan kesepian yang mematikan ini.
Aku berjuang untuk masa depan sahabat. Doakan aku selalu, aku tak ingin berleha-leha, karena dunia rupanya kian kejam dan menyiksa, sahabat!, dimanapun kalian berada, dengarlah jeritan hatiku ini, AKU RINDU KALIAN, aku rindu saat bersama. Tolonglah aku, keluarkan aku dari belenggu ini, aku berhak bahagia juga disini.. SAHABAT AKU RINDU KALIAN....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !