Ku rangkul tubuh sunyi
Terbungkus debu berbau duka
Kini hatiku tengah lara, tanpa bahgia pelipur sukma
Jagad mulai terdengar suaranya
Wajahnya kelam tiada tawa
Aku menghela nafas walau terasa kebas
Berapa kali terus terjadi, kini darahku hilang kering kelontang
Jagadku oh kau jagadku, Entah apa mau mu..
Terkadang kau bisu membuta tuli
Kadang terbahak terbitlah pelangi
Salah kami tertumpuk besar
Kau murka dan kini kau durjana
Ampuuunnn.. oh maaflah kami padamu
Tuhan semesta alam, tangis kami makin menjadi
Sadar telah dosa khilaf dan salah..
kami melihat dengan mata namun berbuat seolah buta
kami bersuara, lidah bergetar namun berkata sesuai suka
dua tangan kami miliki, maksiatlah yang kami jalani
kiri dan kanan kaki melangkah, gelap gulita yang dituji
wahai tuhan ku, wahan pemimpin hidupku
kau murka kini, kau muntahkan lidah api
azabkan kami dengan jeli
“oh ampun tuhaannn...”
Nafas neraka telah berhembus kini, menutupi lembayung biru
Jati-jati hijau kini layu kuning mengering
Beton dan baja rapuh berpecah belah
Kami berlari walau daya tak seberapa
Tangis kami berwarna darah
Terasa perih lantas menyiksa...
“ampun tuhaannn...”
Kini, esok dan nanti.. jagad ini akan menanti
Janji kami kau tunggui
Apakah nanti lebih berarti...
“ALLAH YA TUHAN KAMI”
Sujud ku perbuat, al-Qur’an ku lantunkan
Sedih rupanya hati
Cahaya menyilaukan tadi
Hingga tak mampu ia berhenti
Setan merasuki
Dosakan kami sampai mati
Embun-embun mendidih terasa perih
Akhirnya tangis bergelinang lagi..
Jagad mulai rentan, kami yang mengawali
Kini mulai pula terakhiri..
“kami khilaf”
Dosa kami membakar diri
Senjata menghantam sang ahli
Ampunkan, belas kasihani hamba hina ini
Walau segunug dosa tersudahi
Tiada pahala tersimpani
Tapi tetap kau yang jadi tujuan
ALLAH tuhan ku...
Mahligaimu begitu indah
Dayamu kuasa tiada tara
Bila ini sudah pertanda,
Jadikan mati nanti iman yang abadi
Agar syurgamu menjadi tempat akhir kami
Binar rahmat jadi pengisi hati
Bila zaman telah terakhiri
Kami bersujud hanya menghadapmu ILAHI..
ITULAH Doa kami...
“AMIN”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !