4.14.2011

"PUJAANKU!!" -puisi ditengah malam-

Aku duduk didepan pintu bersama dua cawan capucino hangat yang ku sedu bersama 40 gram susu kental manis dan seperempat cawan susu murni cair, ku aduk dengan sebuah sendok teh mungil berwana silver alami. Asapnya masih mengambang hingga jarum jam tanganku menunjukkan angka 7 lewat 10 menit dimalah hari. Aku masih tersenyum, memeluk kedua lututku, membayangkan dirinya hadir secepat yang aku inginkan tepat didepan mataku saat ini. Sengaja ku buatkan 2 potong roti bakar berukuran besar yang ku lapisi dengan toping coklat dengan sedikit cream strowberry tak lupa ku tambahkan potongan buah strowbery segar yang ku lelehkan coklat cair dipermukaannya, itu kesukaannya, aku tak ingin dia kecewa, sudah lama ku menantikan kabarnya, senyumnya, bahkan dirinya yang akhirnya mau juga hadir ke tempat hidupku yang tak seberapa ini. 

Aku tengah mengukir kata diselembar kertas berwarna kuning padam, dengan mini marker berwarna merah muda, ini yang aku tuliskan..

Pujaanku...
Malam ini kau hadir menemui aku
Di sebuah gubuk reot yang aku miliki
Pujaanku...
Kau tahu, aku akan terus terjaga sampai kau lelah
Aku takkan tertidur sampai kau benar terlelap.
Tenanglah Pujaanku...
Kau yang berharga, apa yang kau mau
Segalanya untukmu
Tak ada yang tak mungkin aku berikan untukmu
Kau ingin aku menyelam di lautan segitiga bermuda,
Mengambil sebutir mutiara di dalam sebuah kerang raksasa?
Atau kau inginkan aku mengeruk bumi,
Mengambilkan kau segenggam emas murni,
Lalu menempanya menjadi sebuah cincin dengan motif bunga kasturi?
Apapun Pujaanku!! Katakanlah...
Malam ini untukmu...
Tak ada yang lebih berharga darimu
Bahkan hidupku sekalipun.

Aku akan sabar walau malam semakin larut, aku masih membekaskan mimik wajahku dengan senyuman yang jarang aku berikan untuk orang lain, ini khusus untuknya. Dan terkhusus hanya untuk dirinya. Namun tiba-tiba hayalanku tentang indah dirinya buyar seketika, astaga aku hampir lupa!!, aku belum memetik bunga mawar putih yang ia suka, oh tuhan maafkan aku. Aku segera berdiri, mengambil sebuah gunting di atas meja belajarku. Aku berlari, ke halaman depan, berusaha mencari kuntum mawar putih yang mekar diantara gelapnya malam, aku meraba, mataku terpana keseluruh arah, sulit bagi mataku yang sudah sangat rabun ini, aku lupa mengambil kacamata bermin 5,5 yang ku letakkan diatas kasur tadi, tapi tak mengapalah, semua ini hanya untuknya.

Sekian detik dengan cepatnya, aku melihat akhirnya sekuntum mawar putih itu, dikerumuni kunang-kunang bercahaya kuning emas, sungguh indah, aku tersenyum, aku akan segera memetiknya. “maafkan aku kunang-kunang, mawarmu bukan milikmu, pujaanku berhak atas ini, kunang-kunang maafkan aku, esok hari akan ku ganti mawarmu ini dengan beribu mawar yang akan ku tanamkan tak hanya untukmu, tapi juga untuk pujaanku, kunang-kunang maafkan aku malam ini!! Aku ingin kau tahu, aku akan segera mendapatkan senyum indahku untuk selamanya!!”. Sedikit berlari dengan kaki tak beralas, aku tergesa-gesa, “ahh!!!”, sial, kakiku!!, oh tuhan, pecahan kaca menembus tumit kakiku ini, sedikit dalam, aku meringis, namun ini bukan apa-apa, mawar itu lebih berharga, ini hanya luka, dan darah ini taklah berharga. Tunggu aku mawarku.

Aku jalan sedikit menjinjit, perih, darah menetes deras, tapi ku buat kakiku kebas, tak ku rasakan sakitnya, aku segera berlari kedalam kamar setelah ku dapatkan sekuntum mawar putih itu, akan ku ikatkan pita emas yang tadi sempat ku beli dan akan ku ikatkan di tangkainya. Pasti akan sangat manis jadinya.

“Mawar putih? Aku suka!!, bukan hanya sebuah kelembutan, namuan kesucian, kekukuhan dan kekuatan, berikan saja aku bunga itu saat kau ingin memberiku kejutan atau hadiah, aku takkan menolaknya!!” aku ingat ucapannya.

Aku sudah sangat tak sabar, tapi sebentar pujaanku, ku urusi dulu luka ini, kau tak perlu kuatir, ini tak seberapa, hanya sebuah kaca yang menancap 3 senti dalamnya ditumit kakiku, aku punya antiseptic, aku juga punya kain kasa, hanya beberapa menit memberesi luka ini pujaanku, jangan kuatir.

Ku cucuri luka di kakiku ini dengan alkohol yang sudah ada sejak aku memberi kotak P3K itu, “awww!!”, perih sekali, aku meringis, namun luka itu jadi lebih bersih, segera ku lumuri dengan obat antiseptic berwarna merah, ku raih kain kasa panjang dan ku ikatkan diluka itu, ku simpul mati. Oh pujaanku!! Lihat!!, sudah tak mengapa lagi, aku masih bisa berdiri dan berjalan, aku tersenyum. Ku genggam mawar putih itu lagi, dan pita emas akan ku ikatkan di tangkainya, aku tersenyum lagi dan lagi.

“pita emas??, klasik sekali, aku suka. Aku harap ini bukan yang terakhir darimu, aku ingin esok, lusa bahkan selanjutnya kau akan tetap memberikan aku mawar ini, karena aku tak butuh yang lain selain mawar ini karena aku sudah mendapatkan cintamu yang sungguh murni dan suci, aku tak butuh uangmu, atau molek wajahmu, bagaimanapun kau tetap yang aku miliki, sepenuhnya!!” aku masih ingat kata demi kata yang ia ucapkan itu.

Aku kembali merebahkan diri dan duduk didepan pintu kamar kontrakanku, meletakkan mawar putih itu diatas kertas puisi yang sudah aku buat tadi, ku hidupkan dua batang lilin putih berukuran sedang tepat disela-sela piring Roti bakar dan cawan-cawan capucino. Indah sekali malam ini.

“kau sudah hadir pujaanku, aromamu bisa kurasakan kini, manis sekali, kau bawa apalagi? Aku tak butuh hadiah pujaanku, hanya dirimu saja yang aku inginkan!!” ku titikkan air mata, aku meraung, menangis, dan aku berteriak kian ganas.

“Pujaaanku, aku rindu!!, pujaanku, aku ingin pelukanmu, aku rindu dirimu pujaanku!!. lihat ini, sudah kubuatkan kau capucino, capucino percis sama seperti yang sering kau buatkan untuku, dengan susu kental, dengan susu murni itu pujaanku. Tidak hanya itu pujaanku, ini roti bakar kesukaanmu, kau sering memesan ini saat kita makan malam bersama. pujaanku!!, kau masih suka dengan puisi-puisiku bukan?, aku sudah buatkan yang baru lagi untukmu. Pujaanku aku rindu, bicaralah!!, bicaralah pujaanku, bicaralah!!, aku rindu. Oh, oh ya, kau mau mawar ini bukan, sudah kuikati dengan pita emas, lihat ini, sungguh klasik bukan?, ya ini sangat klasik, ini semua untukmu pujaanku!!, ambillah, ambil!!. Pujaanku aku rindu, aku rindu dirimu pujaanku!!, ambillah dengan jemari tanganmu yang tegar itu!! Ambillah!!”. aku menangis, meraung sejadi-jadinya, aku tergeletak lesu di atas lantai, aku meraung, aku meronta-ronta kian ganas, ditemani angin dingin malam yang menembus tulangku, aku kedinginan, aku menangis, tangisanku makin jadi, diatas lantai berlapis marmer ini aku terkulai lesu, masih membayangi pujaanku itu. Aku terus menangis, akan terus menangis, dengan kerinduan, dengan semua kegalauan, aku hanya ingin kau tahu, aku rindui dirimu selalu, kau tak perlu tahu betapa sakit raga yang aku rasakan karena merinduimu, pujaanku aku rindu, aku akan terus menangis, aku menangis, menagis terus dan akan selalu begini, HINGGA AKU MATI!!

Dengarlah tangisku pujaanku!!
Kau tetap yang terindah, satu-satunya, yang hanya dan saja!!
Takkan terganti,
Tak ada yang lain setelahmu, cukup hanya kau
Pujaanku lihatlah aku, masih dengan cintaku dan cintamu yang sudah bulat menyatu
Pujaanku, harapanku kita bisa bersatu.
Namun apa dayaku
KAU SUDAH TENANG DI SURGA INDAH MU ITU.
originally Harry


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !