9.09.2012

DERMAGA


Seperti perahu kertas yang melaju itu
Aku ikut berlayar bersamanya
Menemani kesendirian dengan riak air yang tenang
Aku sang pengemudi perahu, terpana menembus garis samudra
Terombang-ambing dalam silau air dan mentari
Tersengat panas dan terdinginkan oleh hujan
Aku kuat dalam ragaku yang penat
Aku sabar menanti pelangi dikala badai merambat

Jenuh hanya menenggak air laut yang asin
Kadang aku tersedak karena duri ikan menusuk tenggorokanku
Aku juga sempat terluka, kail ikan menusuk lengan
Kakiku kerab tersayat batu karang yang tajam
Tapi aku tetap berdiri menyongsong langit
Karena tujuanku jelas dihadapan mata

Hujan turun, ketika hatiku tengah mendung
Bertemankan angin-angin riang yang terus menerpa rambutku
Aku tersungkur, tapi bangun kembali
Hingga aku sampai didermaga nanti aku akan tetap kuat
Walau sebenarnya ragaku sudah sangat tersengat

Malam sudah datang, aku terlentang diatas perahu berbantalkan lengan
Dia mengambang lagi di langit sana
Dilautan luas ini tak ada yang menghalangi pandanganku
Leluasa kulihat dia dilangit dengan cahaya gemerlapan yang terang
Rinduku terobati, sungguh sangat terobati.

Malam tetap harus berakhir, walau aku menyukainya
Dermagakupun belum juga terlihat,
Aku harus sampai disana ditengah malam
Agar aku bisa membawa dia bersama.
Menuju dermaga akhir yang bahagia
Karena tujuanku itu,
Tujuan hidup bahagia bersama





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !