Sedihku sudah terlampau parah,
suara tangisku meredam dalam hati, tak terdengar oleh siapapun. Aku masih terus
berjalan dalam angan, bersama mimpi memiliki kamu, sosok yang sangat nyata
hadir dalam mimpi indahku. Aku tak lagi ingin melihat mentari, karena dikala
malam aku dapat melihat kamu. Butuh apalagi aku selain mati bila nanti kau tak
jadi milikku. Kebodohan menololkan aku, semangatku hanya menggebu bersama
kerlingan matamu yang terkadang singgah melihatku. Senyumku kini terasa payau,
senyumku sudah tak lagi manis, karena air mataku terus mengalir membawa
semuanya.
Kau masih jadi primadona, tak
pernah lekang dan mati dari lubuk hati ini. Walau mungkin kau takkan pernah mau
tau siapa yang merintih menangis mengharapkan cintamu ini. Tiap malam pelupukku
basah oleh air mata yang ikut menangis. Betapa inginnya hati ini memeluk
hatimu, betapa rindunya aku menghembuskan kata cinta ini langsung padamu. Kau terangku,
sangat terang dan lebih terang tiap aku melihatmu. Kau mampu buat aku gila, tak
pernah seperti ini.
Aku sudah hampir menghancurkan naluriku,
sudah hampir ku bunuh rasa hidupku, karena aku tak tau berapa lama lagi aku
harus menunggu diamku menyuara. Lelaki lemah seperti ini bukan hal yang patut
kau lihat, bahkan dengan sebelah matapun. Ku akui kau menyilaukan mataku,
membutakannya. Wajahmu selalu dan terus membekas dalam ingatan, tiap detik
hanya kamu. Punggukmu ini merindumu, aku ingin terbang dan hinggap di hatimu,
tapi jendelanya belum terbuka untukku.
Beribu-ribu kali aku tersenyum,
kala kumengingatmu kaulah yang mampu buat aku seakan hidup lebih lama. Kau wanita
satu-satunya, tak pernah terlepas doa untuk memilikimu. Bahkan sudahku pastikan
kau tulang rusuk itu. tapi tak ada dayaku, sudah lemah. Ibarat kau langit dan
aku bumi. Tapi aku percaya memilikimu mungkin bukan mimpi, karena suatu hari
biarlah aku jadi berani, walau aku harus tanggung pahitnya sekali.
Kau disana tetap tenang tanpa
sadar aku terus memujamu. Seindah kelopak mawar kala kupandang senyum itu,
seprti untaian beludru ketika matamu berkedip sayu, kau ramah dan kau lembut. Kau
gadisku. Tapi percayalah aku selalu merindumu, rindu sekali, kau bisa buktikan
itu bila kau mau.
Tuhan berikan aku kesempatan,
setidaknya dia, terakhir kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !