Aku melamun, menatapi wajah manis didepan mataku, ia tersenyum penuh malu, namun tak sedikitpun ia berkata bahwa ia inginkan aku, namun aku akan tetap menunggu
Reza : apa yang tengah kau lihat..
Kikan : bintang itu, aku berharap ia jatuh menghiasi langit nantinya, dan disaat ia jatuh akulah orang pertama yang akan mengungkapkan semua pintaku.
Reza : maaf kikan, aku tidak sepenuhnya percaya dengan mitos itu, bagaimana mungkin pintamu akan terwujud oleh bintang yang hanya sekedar jatuh itu, kau hanya melakukan sebuah kebodohan bagiku.
Kikan : biarkanlah aku dengan kebodohan ini, karena aku sudah sangat lelah meminta pada tuhan, sudah terlalu lelah aku berusaha membuat seseorang itu terbuka lebar matanya. Dan kini aku merasa aku telah gila, sampai aku rasa bintangpun mungkin bisa membantuku.
Aku mengedipkan mata serentak dengan deruan nafas yang kian melemah dari rongga paru-paruku, malam ini tetap seperti ini adanya, lemah sekali, tak ada insting yang berbicara.
Reza : Kikan, aku teman barumu, tapi apa pantas aku ini kau jadikan tempat kau mencurahkan isi hati mu itu?, tanpa kau sadari aku sedang mencuri dengar apa yang kau katakan barusan.
Kikan : kau sedang tidak mencuri, itu sengaja kuberikan padamu secara percuma.
Reza : baiklah, apa yang bisa aku bantu untuk masalahmu itu!
Kikan : aku hanya ingin bertanya padamu, hanya satu tidak banyak.
Reza : apa itu? Katakanlah!!
Kikan : bagaimanakah cara membuat seorang lelaki mengetahui bahwa ada seorang perempuan yang tengah mengincar hatinya untuk dimiliki?
Reza : mungkin kau bisa tutup kedua matanya dengan jemari tangan kananmu, lalu sentuh hantinya lembut dengan tangan kirimu, buat ia terdiam, lantas setelah itu kau bisikan ketelinga kanannya bahwa kau menginginkan dia.
Kikan : baiklah.
Aku lantas berdiri dari duduk panjangku sedari tadi diatas kursi kayu panjang berwarna putih tulang, reza menatapku seketika, dan lekas menarik pandangannya itu lagi, aku memegang jemari tangannya halus mengajak ia berdiri juga. Ia pun kini berdiri tepat dihadapanku. Mulai ku gerakkan jemari dan lengan kananku keatas perlahan. Namun Reza menutup keduamatanya, ku gerakkan jemari dan lengan kiriku kemudian, namun Reza menyetuh hatinya rapat dengan jemari kirinya sendiri, aku tak tahu, dan ia mendekat.
Reza : kau tak perlu melakukan saran itu kepada pemiliknya sendiri, dan perlu kau ketahui sedari dulu kau sudah miliki hati ini. dan akulah yang seharusnya meminta pada bintang jatuh itu agar kau membuka matamu lebar bahwa aku sesungguhnya sudah menjadi MILIKMU SEPENUHNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !