8.22.2010

CERPEN: "TAKDIR TIDAK HARUS MEMBELENGGU CINTA"

Sudah tujuh hari semenjak saat itu, aku cukup membuat hati bahkan diriku ini berbuat salah, aku menyalahi perasaan yang begitu tulus, namun aku tetap tidak bisa melanjutkan hubungan ini, sudah cukup jelas sekali alasan mengapa aku melakukan ini semua. Dan sepertinya hingga matipun aku tidak akan pernah bisa lagi menjumpai hal yang sama dengan yang bayu miliki terhadap lelaki lainnya, because all owned by him is something beautiful and precious as a jewel hidden in gold to me, walau begitu indah apapun yang terdapat pada diri bayu tetap saja sama, “kau tidak mungkin mencintai saudara kembarmu sendiri” seperti apa yang dikatakan ayah.

Bayu sangat terpukul mendengar keputusan dan kenyataan yang ku katakan pada malam itu, dia mengeluarkan air mata sedih yang begitu dalam dari kedua belah matanya, saat dia menggengam kedua tanganku aku hanya bisa memejamkan mata, menepis semua kenangan indah yang bisa membuatku menyalahi takdir lagi, aku mengatakan semua hal yang aku tahu, dan semua yang menyangkut hal mengapa aku dan bayu tidak patut lagi mencintai. “bayu, kita tidak mungkin bisa bersama, jujur aku juga merasakan ini sungguh sangat mustahil, dan bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi, aku rasa ini bukan kebetulan, aku merasa ini adalah permainan, tapi!! Semakin lama, aku semakin berfikir tentang apa yang ayah ku dan ayah yang juga sebenarnya ayah mu itu katakan kepada ku, kau dan aku adalah saudara kembar, ayah dan ibu kita bercerai dan sudah semenjak kita bayi bay, dan keberadaan kita satu sama lainnya tidak pernah diketahui, dan bisa dikatakan kita semua lost contact, aku sedih mendengar ini semua, aku sedih, mengapa orangtua kita tidak pernah mengatakan hal ini semenjak dulu, sebelum semua ini sempat terjadi, jujur aku MENCINTAIMU SANGAT, dan aku tak mungkin bisa melepaskanmu sebenarnya, tapi bagaimanapun kita tidak boleh saling mencinta, darah yang mengalir dalam tubuh kita ini sama bay, sangat sama bahkan percis tanpa beda sedikitpun, aku harap kau mengerti bay, kita ini kakak adik” itu yang ku katakan kepada bayu, bayu hanya bisa menangis, dia sebenarnya lelaki yang tegar, bahkan lebih tegar dari sebuah batu karang, ia hampir tidak pernah menangis, namu malam itu, ia sungguh berbeda, tangisannya begitu mengharukan, agaknya ia sangat mencintai aku, dan karena itulah dia bisa menangis sejadi-jadinya saat itu. Bayu tidak dapat berkata lebih, ia mengucapkan kata-kata yang sungguh dalam tangisan, akupun tak kuasa menanahan tangis saat ia mengatakan “BAGAIMANAPUN, DAN APAPUN ALASANNYA AKU AKAN TETAP MENCINTAIMU ARIN!! BUKAN SEBAGAI SAUDARA KANDUNG MELAINKAN SEBAGAI KAU DAN AKU”.

***

Malam itu telah berlalu, namun lukanya masih membekas di dalam ingatanku. Aku hanya bisa menangis sepanjang hari didalam kamar tidurku yang kelabu karena telah terselubung oleh atmosfer kesedihan, dan menutupi wajahku yang kalut ini dengan selimut panjang berwarna biru muda, aku tidak lagi menghiraukan apa yang ada di seisi rumahku, bahkan ibu tiriku yang baik itu tidak kuhiraukan sedikitpun, beliau sudah mencoba menenangkan perasaan ini sekian kali, namun tetap saja kesedihanku memenangkan lahan di hati dan fikiran ini. Ayah hanya bisa tenang dan tenang, ia seperti tanpa salah, ia sangat benci dengan ibu kandungku yang ternyata masih hidup itu, bahkan ia tidak mengagap bayu sebagai anak kandungnya, dan ternyata ibu kandungku juga bersikap seperti itu, aku dan bayu menjadi serba salah menanggapinya, mereka berdua seperti air dan minyak yang susah untuk di satukan unsurnya. Walaupun mereka tidak lagi sendiri namun mereka masih tetap bisa dan harus berbaikan bukan, tapi sebanyak apapun aku menasehati ayah tetap saja hasilnya NIHIL. Bahkan ibu tirikupun sampai-sampai menangis saat menasehati ayah, ia kasihan dengan kondisiku yang semakin lama semakin drop karena sedih, beliau sangat menyayangiku, ia telah merawat diriku ini semenjak bayi, jadi aku dan dia bukan lagi orang lain, kami adalah ibu dan anak walau dalam perbedaan darah.

Sudah setengah hari aku mengurung diri di kamar, sayup-sayup terdengar suara handphoneku berbunyi menandakan sebuah sms masuk. Dengan keadaan lunglai ku hampiri handpone tersebut, ku raih dan ku gulirkan track ballnya kearah pesan. Ku buka dan ku baca…

Kau kini seperti pelangi.

Dulu keindahan mu ku nikmati dengan penuh rasa di hati

Namun beberapa saat yang lalu kau sirna dari pandanganku

Kau terbawa lembayung dan angin panas menghancurkan

Menghancurkan keindahan hingga kini kau hilang

Aku tak lagi bisa memiliki keindahanmu

Telah habis dalam kesedihan

Tertelan oleh kepalsuan

Aku bukan manusia yang kokoh

Kini aku telah ambruk.

Hatiku remuk dan hancur menjadi debu

Perisai cinta yang dulu membentengi telah sirna

Aku tak dapat lagi membendung kesedihan

Pelupukmataku kelu dan sangat perih

Air mataku telah hancur bersama kehancuran

Aku hanya ingin memilikimu,

Itu cukup bagiku

Tapi mengapa cinta ini salah

Cinta yang salah ini akan tetap mencintai

Dengan tulus dan dengan semangat yang luarbiasa

Aku harap TUHAN MENGERTI.

(bayu)

Bayu, dengan puisinya lagi, puisi demi puisi yang ia kirimkan sangat menusuk hatiku, aku merasakan hal yang sama dengannya saat ini, aku pun tidak ingin kehilangan, karena kehilangan itu sangat menyakitkan sekali. tapi bagaimanapun takdir lebih berkuasa atas semuanya. Akupun tersungkur dalam kesedihan lagi.

***

Hari ini ini senin, seminggu sebelum keberangkatanku ke bandung untuk kuliah, sebagian barang bawaan telah disediakan bahkan sudah di packing dengan sangat rapi, hanya baju dan beberapa barang lainnya saja yang belum, sebenarnya tawaran kuliah ke bandung ini kutolak sebelumnya, saat itu aku masih berhubungan dengan bayu, karena cintaku yang sangat dalam membuatku menolak untuk kuliah diluar batam, namun setelah semua ini terjadi aku merasa pantas untuk menerima tawaran itu walau bisa di bilang aku menjilat kembali ludahku sendiri, tapi biarlah, ini semua demi ketenangan dan kebaikkan, melupakan bayu itu prioritas utama.

Aku sudah tidak lagi sering menangis dan mengurung diri di dalam kamar, kali ini aku keluar untuk bercengkerama dengan ibu dan adik tiriku di ruang keluarga walau aku belum bisa 100% jenaka mereka terlihat mengerti sehingga tidak sedikitpun mempermasalahkan hal itu, mereka selalu tersenyum memandangiku.

“kak, entar kalau udah di bandung, beliin adek kaset PS ya,,”

“hush, randy, kamu ini, kan udah ibu larang kamu maenin tu PS, ibu gak mau nilai kamu entar anjlok lagi”

“yah ibu, kan randy maennya entar pas liburan sekolah, gak kenapa-kenapa dong buk…”

“sekali ngak tetap ngak.. ok”

“ibuu niihhh…..”

Aku hanya tersenyum dalam hati melihat gelagat mereka yang selalu bertengkar walau itu sebenarnya demi kebaikan randy sendiri. Aku tidak bisa bersuara selain hanya tersenyum dan memandangi tanda setuju terhadap argument ibuku itu.

“udah kamu mandi dulu sana udah sore” suruh ibu kepada randy, randy pun pergi beranjak dari sofa yang ia duduki menuju kamar miliknya.

“rinn..”

“ya..”

“kamu masih sedih?”

“sangat sedih sebenarnya, tapi gak ada kan yang bisa arin lakuin ma?”

“ibu kasihan lihat kamu begini terus, andai ibu bisa bantu kamu…”

“yah gak usah lah buk, arin bisa kok ngatasin ini semua, walau butuh waktu yang lama, lagipun ini memang jalan yang terbaik sebelum semuanya terlanjur”

“ibu mengusap rambutku saat aku tanpa sadar rebah di pelukan ibu, aku meringis sedikit, ibu masih tenang memberikan kehangatan yang menggembirakan dari hatinya. Ibu memang yang terbaik.

***

“rin, kau harus tahu ini, ibu memaksa aku untuk tunangan dengan perempuan pilihan mama, aku dituntut untuk melakukannya, aku harus mengatakan ini padamu, aku tahu kau pasti akan sakit mendengar berita ini, tapi dengar arin, aaku tidak pernah sekalipun menginginkan hal ini, yang perlu kau tahu dirimu dan semua yang ada pada mu masih melekat dan sudah permanen didalam hati, fikiran bahkan di dalam denyut nadi ku, aku gak mungkin bisa berpaling walau hubungan kita sebenarnya sudah usai dengan sangat terpaksa, arin, aku ingin lari sebenarnya, aku ingin hilang dari pelupuk mata mama yang terlalu berambisi, ia terlalu berambisi, aku mencintai mu aku hanya mencintaimu, tapi beliau tidak mengerti, ia ingin aku bertunangan hingga nantinya bisa menikah dengan perempuan pilihannya itu. Tapi aku gak mau arin, aku gak mau.. aku rela walau mesti lajang seumur hidup, aku bukannya berlebihan tapi memang begitu, aku bukan berkata gombal atau sebagainya, namun aku rasa cinta itu memang buta, aku mencintaimu, kau yang pertama dan aku harap akan menjadi yang terakhir. Arin acara pertunangan itu sudah semakin dekat, tinggal seminggu lagi, aku tahu acara ini akan bertepatan dengan hari kepergianmu, aku masih berdoa dan berharap sebuah keajaiban bakalan terjadi, aku harap kau tidak patah semangat, semoga cinta kita BENAR, aku mencintaimu, maafkan keadaan ini ARIN”

Sebuah pesan di akun facebook, bayu mengiriminya beberapa menit yang lalu, aku masih online sehingga pesan itu bisa ku baca segera setelah ada pemberitahuan, bayu benar aku sedih mendengar berita ini, seperti inikah hidup, ini semua seperti drama yang dibuat-buat, apa ada kisah hidup yang seperti ini, apakah kami yang pertama, ini sunggu tragis dan melankolis, aku menangis lagi, seminggu lagi, berarti saat aku pergi kesempatanku untuk mencintai bayu juga akan ikut pergi, sirna dan binasa.

***

“arin, kok mendadak banget sih mau kuliah di bandungnya, janjinya mau kuliah di poltek bareng aku disini…”

“ya, sorry deh, memang sih mendadak banget, lagipun ayahku maksa, aku juga gak enak nolaknya, habis takutnya entar kenapa-kenapa lagi gara-gara gak ngikutin apa kata orangtua, takut di cap durhaka nih”

“ahh masak sih… gak mungkin Cuma gara-gara itu, pasti ada alasan lain”

“eng..enggak ada lah, mang itu kok alasannya”

“udah deh rin, kau tuh gak bisa nutupin dari aku, aku ini sahabatmu gak mungkin bisa kau bohongin”

“ehmmm gak ada vin, suer”

“ya ampun rin.., aku ini sahabatmu loh… segitunya sih gak mau berbagi, masalahmukan masalh aku juga”

“ehmm… gimana ya ceritanya.. beberapa minggu yang lalu aku dan bayu putus”

“putus!!! Kok?”

“ya. Karena sebenarnya aku sama bayu saudara kandung bahkan KEMBAR”

“tunggu.. tunggu… jangan bilang aku beneran gak salah denger, gimana bisa, kau dan bayu, SAUDARA KEMBAR, mustahil”

“gak mustahil vin, ayah ku dan ibunya bayu dulu pernah menikah dan kami berdua anak buah cinta mereka, dan semua ini juga ayahku yang bilang”

“kau percaya rin?”

“ya.. aku percaya lah”

“aku rasa gak mungkin aja deh, kamu udah mastiin memangnya, wajah kalian aja gak sama”

“kami kembar beda telur bahkan beda kelamin”

“ya, walau begitu pastinya harus ada sedikit kemiripan, sifat, kelakuan atau apalah itu, tapi sejauh ini aku lihat gak ada, apa kamu udah nyamain, apa kamu udah cek golongan darah kalian, sama atau beda, biasanya anak kembar pasti darahnya sama”

“apa iya begitu vin?”

“setau aku begitu, udah deh rin, aku minta kau jangan putus asa begini, aku yakin kau sama bayu masih punya harapan untuk kembali seperti semula, aku yakin itu”

“gak mungkin bisa lagi vin, aku bakalan ke bandung 2 hari lagi, dan 2 hari lagi juga bayu akan ditunangkan dengan perempuan pilihan ibunya”

“ya ampun drama banget sih, gak mungkin, udah..udah.. jangan tambah sedih atau tambah kalut, kau pastiin dulu semua kebenarannya, jangan asal percaya, ya ampun ini mustahil, gak mungkin sekebetulan ini ceritanya, ini hiduploh bukan sinetron!!!”

“tapi…”

“tapi apa?, gak ada tapi-tapian, kau ini SEMANGAT kenapa…”

Aku menemui vina pagi itu di rumahnya, hanya berkunjung memberikan kabar yang jelas bahwa aku bakalan pergi kebandung dua hari lagi, dan dengan paksaan akhirnya semua hal yang menjadi alasannya ku bongkar kepada vina. Sebenarnya apa yang dikatakan vina ada benarnya, namun aku masih yakin dengan yang ayah katakana, dia gak mungkin bohong, biarkanlah semua berjalan apa adanya, aku tidak ingin ambil pusing walau aku sedih. Ku serahkan kepada tuhan dan takdirnya, bila memang rezeki bayu pasti gak akan kemana.

***

Aku bagaikan pelanduk berkaki patah

Otakku mati dan pikiranku terhenti

Aku juga seperti robot yang dikendali

Aku menahan emosi cinta yang luar biasa dan mengikuti alur yang sesat

Cintaku hanya untuk satu, namun terpaksa dan dipaksa cinta untuk yang lain’

Tidak akan bisa!! Walau aku kaku bagaimanapun darahku masih berjalan

Derunya bahkan lebih hebat, aku masih berhak

Aku memiliki jeruji besi di diriku,

Akan ku gunakan ia sebagai perisai

Akan kutulikan telingaku

Kubuat buta mata ini

Dan ku lumpuhkan otak pula

Agar tidak ada yang bisa memaksa AKU

Cinta ini BENAR

Aku mencintai yang BENAR

Dan ini bukan KESALAHAN

Bukan?

Sebuah puisi lagi, dan aku balas dengan sebuah sampiran singkat.

Ini bukan salah kau bahkan aku

Tidak juga kita berdua bersalah

Kita termakan oleh kesalahan takdir

Kita terlahir membelakangi takdir

Kita pantas dan berhak tinggi

Mendapatkan semua keindahan ini kita pantas

Hanya saja takdir itu akhirnya mengoreksi diri hingga akhirnya kita begini

Aku sama dengan mu, aku CINTA

Aku tidak menyalahi CINTA

Aku menyalahi TAKDIR

Aku tak takut dosa

Karena semua ini tidak harus jadi DRAMA

Aku untuk mu

Dan kau untuk ku

BEGITU SAJA

SEDERHANA BUKAN

TUHAN!! MENGERTILAH KAMI

Bayu menelepon.

“rin, maafin aku”

“gak papa ko bay”

“ini sudah berakhirkan, walau pahit”

“ya bay, ikhlaskan saja, bila rezeki tidak akan kemana”

“ya, besok kau berangkat, jangan lupakan aku, walau kau ingin melupakan kenangan kita”

“ya pastinya kau tidak akan ku buang dari ingatan, percayalah!!”

“terimakasih rin”

“ya. Apa yang tidak untuk saudara sendiri”

***

Aku menangis di dalam perjalanan menuju bandara, ada yah dan ibu didepan sementara adik tiriku menami di belakang bersamaku, ia melihat kearahaku sembari mengusap lembut lenganku, ia mengetahui semua yang membebeani kakaknya ini, ayah tidak melarang aku untuk menangis, sementara ibu hanya diam, sesekali dipandanginya ayah, seperti mengharapkan sesuatu.

Perjalanan hanya sekitar 35 menit, dan akhirnya sampai kebandara HANG NADIM, aku turun membawa semua barang bawaan dari dalam mobil, dengan mata sembab dan hati terluka parah, aku digamdemg randy, ayah di belakang dan ibu bersamanya, ia menepuk-nepuk pundak ayah ia masih terlihat berharap, walau aku tak tahu apa yang ia harapkan. Sapu tanganku sudah lembap oleh air mata, sedikit lagi akan menjadi basah, aku deg-degan bahkan aku kelu dan merasakan kebas di hati ini.. hanya beberapa saat lagi semuanya sirna, aku pergi dan bayu juga. Hilang semua harapan sesaat lagi.

Aku masuk ke ruang check-in, mereka berdua ikut menemani hingga diruangan ini, hanya 15menit menunggu giliran check-in dan akhirnya selesai, lagi-lagi aku menangis, aku taak malu menangis disini, saat ini bahkan tidak ada perasaan malu sedikitpun, aku sedang sedih dan lumrah apabila aku menangis. Ku geret koper kecilku, menuju loket boarding, ibu masih melihat ayah dengan penuh harap, semakin jadi pandangannya itu ketikan melihat tangisku makin menguat, adik ikut menangis rupanya, ia mengejarku..

“kakak….!!!” Randy berteriak kencang, ku dekpa ia kuat, kukeluarkan semua tangisanku.

“kakak sabar ya!!, jangan nangis lagi, randy yakin kakan bisa senang, mungkin sesaat lagi”

“makasih ran, kakak pergi yah….”

Aku melangkah menuju escalator, ibu terlihat menguncang-guncang tubuh ayah yang hanya terdiam, aku tak tahu apa yang mereka debatkan, tapi akhirnya ibu berlari, ayah mencoba menahan ibu, tapi ia berlari medekatiku….

“ariiinn… tungguu…”

Darahku berdesir, aku sudah sampai dipuncak menyudahi escalator, ibu berlari hebat… ia terengah sedikit dan menyibakkan air mata dari pelupuk matanya dengan satu sapuan tangan, ia sampai akhirnya dipuncak lantas memelukku,….

“kau bisa mencintai bayu” aku tersentak

“kau dan bayu sebenarnya bukan saudara kembarmu, ia anak angkat dari ibu kandungmu” aku terpana, tangisku tersekat

“pergilah sekarang, temui cintamu, jangan terlambat ariinn…”

Tangisku berlinang dan kini berhenti, ibuku ciumi kening dan tangannya, aku berlari menuruni anak tangga dan bukan escalator.. ku terobos antrian boarding… ayah menepis kesal.. aku berlari keluar, aku kalang kabut, ada taxi digerbang dan langsung kunaiki

“sukajadi pak”

Taxi melaju deras sekali,,,,,,

“cepat,,, yang cepat pak”

“ya neng,,, saya buru”

Tepat di persimpangan lampu merah… aduh aku tidak boleh telat. 25 detik lampu merah padam, lampu hijau mengganti dan taxi kembali berlari… berjalan lurus, memotong kendaraan depan, menyalip dan mengebut kencang, sopir taxi ini memang handal.. semakin laju, laju dan laju, tinggal sedikit lagi…. pas di depan jalan simpang tiga, tapi siall…….

Brakk

Taxi ini menabrak, kepalaku terbentur dan kurasa darah mengalir, aku pusing, supir taxi lebih parah ia terluka dan pingsan hebat, aku keluar, darah dari kepalaku semakin hebat, aku terbentur kaca mobil depan, aku terjungakl, kepalaku sepertinya bocor.. tapi aku masih dalam semangat, aku keluar dari taxi, ku minta bantuan orang yang berada disitu untuk mengurus sopir taxi itu, ku lampirkan sekian ratus ribu rupiah bersamanya sebagai biaya, lantas aku berlari, berlari dan berlari, sudah tidak jauh lagi, hanya tinggal berbelok sedikit dari jalan raya dan menyusuri gang perumahan…

Darahku masih mengalir, pendarahannya hebat, aku pusing sebanrnya, langkaku terpingkal, sesekali terjatuh... “bayu tunggu aku…”

Aku mendenguskan nafas,,, “bayu tunggu”

Aku hampir hilang kesadara.. “tungguu aku”

Aku tersungkur “bayu…”

Aku bangun dari jatuhku “tunggu”

Akhirnya sampai, ku dobrak pintu depan rumahnya yang megah, pesta pertunangan di dalam rumah, aku melihat bayu sedang menyematkan cincin di jari seorang perempuan…

“bayu….!!!”

Aku berterika, semua orang terkejut, lantas bayupun melihat juga, ia tercengan dan akhirnya sadar bahwa ini aku, ia mencabut cincin yang sedang ia sematkana, di cabut dan di buangnya cincin itu.. jauh dan terpelanting…

“arin” di berlari dan memelukku

“kau bukan saudara kandungku… ka ka kau… dan ..dan. a a aku bi bisa mencin ci tai lagi” aku terbata aku mengais dan bayu pun sama

“aku mencintaimu bayu, ini akhir kita yang manis” aku hilang kesadaran TAPI AKU BAHAGIA.

Inilah takdir yang sebenar

Ku ucapkan beribu untai terimakasih

Ku iringinya denga irama duniawai yang megah

Cintai semoga berkekalan

Aku cinta dengan sungguh dan in abadi tanpa henti



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !