8.19.2010

CERPEN: "APA INI CINTA?"

Bagiku matahari tenggelam itu seperti kamu, yang pergi tepat pada waktunya. sama seperti kamu. tapi, matahari pergi untuk kembali, tidak seperti kamu yang pergi untuk selamanya.... sekarang tak boleh lagi ada penyesalan, BENAR?.

Aku menangis didalam hati, memikirkan semua kenangan yang baru saja kulalui dengan sangat manis, aku meninggalkan semua rasa yang sebenarnya belum bisa kusudahi, sunguh dengan sangat kejam dan terpaksa. Karena lelaki itu memang tidak layak membuat hatiku sakit untuk yang kedua kalinya, sudah cukup kesempatan demi kesempatan ku berikan padanya, sudah cukup juga waktu ku tersita hanya untuk mencintai dirinya yang semu. Pagi ini ku temui dia, dengan semua perasaan sedih dan kalut, bagaimanapun lelaki itu harus tahu bahwa aku tidak ingin lagi disakiti, aku bukan budak dan aku juga bukan mainan yang hanya bisa diam disaat pemiliknya melakukan hal yang sungguh membuatnya sakit. Dia datang tepat waktu tepat di halaman depan rumahku yang luas, ia berdiri di balik tembok pagar yang kokoh, aku menghampirinya dan aku tidak sedang menangis, kukurung emosiku didalam hati. Dia terlihat sedang kebingungan, ia melihat kearahku yang hanya hanya bisa berekspresi datar.

“ra, aku tidak yakin dengan keputusanmu”

“tidak yakin untuk apa?”

“ya tidak yakin, karena yang aku tahu kau sangat mencintai aku, dan tidak akan mungkin bisa kau melepaskan aku begitu saja”

“heeh.. kau kira aku masih sama, aku sudah berfikir matang, dan fikiranku yang membuat ku berfikir bahwa aku tidak bodoh, sudah cukup selama ini aku mengikuti permainan cintamu yang hanya membuat ku jemu. Kau tidak pernah memberikanku perhatian, yang kau ingin hanya perhatian dariku tanpa harus melakukan hal yang sama untuk ku, dan kau kira ada apa hubungan yang semacam itu, dan kau tidak pernah sedikitpun menjaga hatiku, kau selalu membuat ku sakit dengan tingkah lakumu, aku cemburu dan aku sangat iri dengan mantanmu yang selalu setiap detik kau banding-bandingkan dengan aku, apa kau sadar”

“aku tidak perlu sadar, kau yang harus sadar, apa kau yakin, aku takut nantinya kau menyesal memutuskan cinta kita”

“aku harap aku tidak menyesal, dan aku harap aku bisa lebih tegar dari aku yang pernah kau sakiti dulu”

“sudahlah rara, kau tidak perlu merasa bahwa aku tidak memperhatikanmu, merasa dibandingkan atau apalah itu, karena yang penting aku mencintaimu, dan tidak ada lagi yang mesti dipermasalahkan bukan?”

“apa? Kau kira cukup hanya dengan cinta, aku butuh yang lebih dari cinta, aku mengharapkan itu padamu tapi apa yang ku dapatkan? NIHIL, sudahlah, lebih baik kita PUTUS”

“tapi….”

“apa?”

“jangan menyesal!!!”

“dengar TIDAK PERNAH ADA KATA MENYESAL”

***

Kini sudah sebulan aku terlepas dari belenggu cinta yang menyesakkan itu, sudah sebulan pula aku lulus SMA, sekarang aku berkerja si sebuah hotel berbintang yang baru saja naik daun, karena tidak jauh dari rumah jadi setiap hari aku pergi hanya dengan berjalan kaki, hari ini hari kesekianku bekerja, sudah banyak kenalan bahkan teman, namun diantaraa mereka semua akulah yang paling muda, maklumlah aku baru saja lulus SMA dan baru bekerja beberapa hari ini disini sedangkan mereka semua ada yang sudah setahun bahkan sudah semenjak hotel ini berdiri mereka bekerja. Namun tanpa sadar setelah beberapa hari aku bekerja disini ada seseorang lelaki bernama rico yang terlihat ingin akrab denganku. Terus terang aku sangat welcome karena yang namanya orang pengen akrab ya harus di sambut dengan baik. Karena ia lebih tua dari ku sengaja ku panggil dengan sebutan “bang rico”, hari ini ia datang tepat waktu, wajahnya terlihat berseri ketika melintasi meja kasir tepat dimana ada aku di baliknya.

“pagi…. Rara!!”

“pagi juga bang!!”

“rajin bener kerjanya dek?”

“ya dong bang, biar cepet di kontrak ni, dan biar gak lama-lama trainingnya”

“oh ya deh, tapi jangan sampe kecapean dek, entar malah beda kasusnya”

“haha ya bang.. oh ya abang rapi bener pagi ini”

“ya dong.. kan ada yang lagi di incar hari ini”

“ehm.. siapa tu yang lagi di incar?”

“Rara!!”

“ahh abang, becanda aja deh..”

“hehe,, oh ya entar abang anterin pulang ya ra?

“anterin? Gak usah ah bang, deket aja”

“gak papa dong, sekalian mau tau yang mana sih rumah rara”

“ehmm ya deh.. hehe”

Sepulang kerja bang rico beneraan mengatarku pulang, karena tidak jauh kami bisa cepat sampai ke rumah, aku turun dari boncengannya sembari berterimakasih.

“terimakasih ya bang”

“ya dek sama-sama”

***

Semenjak saat itu bang rico sering sms walau hanya sekedar menanyakan “sudah makan belum?”, “belum bobok ne?”, atau “udah mandi belum” tapi kadang-kadang ia juga sering mengirimiku puisi cinta yang romantic sekali. dan sejauh ini bang rico bener-bener terlihat sangat perhatian, beberapa hari lepas bang rico membayari belanjaan kosmetikku tanpa kuketahui kepada salah satu teman kerjaku di sini yang menjual kosmetik itu, beneran terasa gak enak banget, tapi tak apalah hitung-hitung ngirit. semakin lama perhatian bang rico semakin menajdi, ia terus mengirimiku puisi cinta, bahkan sekarang ia tidak hanya mengirimiku sms tapi juga meneleponku. Jujur aku melayani telponnya karena merasa gak enak. Setiap hari ia mengantarku pulang, setiap pagi selalu mengucapkan selamat pagi untukku. Aku merasa bersalah dengan perhatian bang rico yang begitu besar, di satu sisi aku merasa senang namun disisi lain terus terang aku risih, aku gak mau ke-welcome-an ku kepadanya ini disalah artikan. Sebetulnya aku tengah tidak ingin lagi bercinta, karena yang kutahu cinta itu menyakitkan, dan sekarang aku hanya ingin focus pada targetku yaitu lulus training dan menjadi karyawan tetap di tempatku bekerja agar setahun kemudian aku bisa mewujudkan cita-cita ku untuk KULIAH. Bang rico memang belum mengutarakan apapun kepadaku tapi aku sudah bisa menebak arti dari apa yang ia lakukan sejauh ini untukku, maka dari itu sekarang aku berusaha untuk bersikap sewajarnya agar bang rico tidak salah sangka dengan keakrbanku selama ini.

Hari ini aku masuk sore jadi pulangnya bisa sampai tengah malam, tepat sejam sebelum pulang aku berbincang dengan salah satu temanku disini.

“ra.. kayanya si rico itu suka sama kamu deh”

“Ahh gak lah”

“habis perhatian banget nampaknya..”

“mang gak boleh dia perhatian?”

“boleh sih, tapi kalau misalnya dia nembak kamu gimana ra?”

“hemmm… gimana ya, aku sih lagi gak pengen pacaran kak”

“Kenapa?”

“ya gak pengen aja, lagi pengen focus nih ama pekerjaan”

“ya sih.. kerja memang prioritas utama sekarang, tapi kan kasihan juga tuh kalau ditolak, udah perhatian banget”

“lihat entar aja deh kak haha…”

Setelah selesai beres-beres aku pulang, kali ini bang rico gak ngaterin karena ia tidak masuk kerja. Malam ini aku pulang dengan wajah berseri, esok aku ulang tahun dan itu berarti besok umurku udah 18 tahun, sudah banyak doa yang ingin ku sampaikan kepada tuhan, yang pastinya bukan tentang cinta, karena yang jelas aku tengah bosan dengan cinta. Sesampainya dirumah aku segera mengganti pakaian dan tidur, karena besok masuk sore jadi bisa bangun agak siang.

***

“raraaa…..!!!”

mama berteriak dari balik pintu kamarku, aku terbangun dan lantas membukan pintu, menghampiri mama yang memanggilku.

“ada apa ma?”

“coba lihat deh diluar ada apa”

Aku keluar dengan cepat sembari mengucek mata yang lengket karena tahi mata. Ketika aku membuka pintu rumah alangkah terkejutnya aku, ada bang rico disana dan beberapa teman lelakinya tengah menyanyikan lagu ulang tahun dan bang rico terlihat tengah membawa kue tart yang sungguh sangat manis warnanya. Aku tersenyum dan lantas berterimakasih atas semua itu.

“happy birthday rara” ujar bang rico

“yaa.. ampun, makasih banget bang”

“sweet eighteen ya ra..!!”

“kok bisa tau sih rara ulang tahun hari ini..”

“bisa dong abang kan cenayang.. hehe”

Aku tersenyum, bang rico menjulurkan kue tart yang ia pegang itu dan sebuah kado kepadaku, aku mempersilahkan mereka semua masuk kerumah, ku hidanngkan kue tart yang di bawanya, ku potong segitiga dan ku taruh di atas piring plastic kecil, kusuguhkan beserta secawan the manis hangat, tidak beberapa lama setelah menghabisi kue tart bang rico dan teman-temannya itu pulang.

Beberapa jam berselang aku menjadi kepikiran, bang rico terlampau berlebihan memberikan perhatian, aku takut membuatnya sakit hati nanti karena aku tidak akan pernah membalasnya apabila ia meminta cinta dariku. Karena sudah jam tiga sore akupun bergegas berangkat kerja, sekitar 5 menit akhirnya aku sampai, pas dimeja kasir kulihat ada bang rico disana, sore ini hotel lagi sepi, karyawan bagian sore pada belum datang, hanya da beberapa claning service dan pelayan serta aku dan bang rico yang sudah datang, aku sedikit merundukan kepala berusaha bersikap sewajarnya lagi. ku dekati meja kasir yang menjadi tempatku bekerja dengan tanpa suara sedikitpun.

“rara..” tegur bang rico.

“apa bang”

“abang mau ngomongin sesuatu”

Mendengarnya aku menjadi deg-degan tidak karuan.

“ngomong apa bang?”

“ehmmm,,, jujur raa… semenjak rara masuk kesini abang sudah mulai suka sama rara”

Aku menjadi semakin deg-degan

“mau gak rara jadi pacar abang?”

Sontak aku terdiam terpana, kurasakan darahku menggelegak panas di dalam tubuhku. aku jadi serba salah mendengarnya. Aku tidak bisa berkata-kata, aku terdiam dan masih dalam diam tanpa suara dan tenang dalam kebisuan yang mendalam. Aku menjadi salah dalam bertingakah, hingga akhirnya aku berdiri.

“maaf bang, aku sudah menduga abang akan mengatakan hal itu, jujur selama ini aku sudah bisa merasakannya dari perhatian yang abang berikan, tapi maaf bang, maaf banget aku gak bisa” ku ucapkan kalimat itu dengan tidak enak hati. Bang rico hanya bisa terpana.

“aku harap kita bisa jadi teman saja”

Aku pun pergi menjauh dari bang rico, melihat perlakuanku akhirnya bang ricopun pergi dengan mimic datar wajahnya. Aku merasa sungguh sangat bersalah atas kejadian ini.

***

Semenjak saat itu aku dan bang rico menjadi renggang, mendadak bang rico menjadi dingin sikaanya, dan semenjak saat itu juga semua teman-teman bang rico yang bekerja di hotel ini terus menyalahkan aku karena tidak menerima cintanya bang rico, dan juga bersikap dingin layaknya bang rico. Aku menjadi sangat bersalah, namun sebenarnya aku berhak melakukan ini, aku berhak menentukan sikap, dan aku mempunyai komitmen untuk tidak dulu bermain cinta lagi, apa itu salah! Sekian hari aku bekerja dengan diam tanpa suara dan dengan perasaan serba salah karena kondisinya sekarang berbeda, semua karyawan disini yang tentunya sudah lebih dulu menjadi temannya bang rico membelanya, mereka tidak peduli dengan alasan mengapa aku tidak menerima cintanya bang rico. Hingga suatu hari kesabaranku akhirnya habis menerima semua perlakuan dingin ini, dan disaat semua karyawan termasuk rico didalamnya tengah beristirahat makan dengan sponta aku berdiri dan mengutarakan semua isi hatiku dengan suara lantang.

“TOLONG!!! TOLONG JANGAN PERLAKUKAN AKU SEPERTI INI, apa salahku? Apa salah aku menolak cintanya bang rico, apa salah?. AKU PUNYA KOMITMEN, aku punya pendirian, aku punya janji pada diriku sendiri bahwa aku tidak ingin lagi bermain cinta, aku masih jera dengan cinta, aku tidak ingin dulu bercinta, aku ingin focus pada masa depanku, focus pada semua yang aku impikan, apa aku salah ha? Apa salah aku punya komitmen? Dan salahkan aku melakukan hal yang memang harus aku lakukan. Aku minta maaf tidak bisa melakukan apa yang kalian semua inginkan aku tidak bisa menerima cinta teman kalian “bang rico” aku tidak bisa menerima cinta bang rico, karena aku tak ingin pada akhirnya kami hanya akan menjadi musuh, BUKANKAN MENJADI SAHABAT ITU LEBIH INDAH DARI PADA MENJADI PACAR. Aku mohon pada kalian semua, jangan perlakukan aku seperti ini tolong!!!” aku menangis, menitikkan air mata, semua unek-unek dalam hatiku semua telah keluar, mendadak aku menjadi kian lega walau aku masih dalam tangisan yang menjadi, aku terduduk, aku tertunduk, aku mennangis, dan semua orang yang mendengarkan perkataanku tadi medadak terdiam dan membisu, sekian menit mereka terlihat diam tanpa suara hingga akhirnya bang rico berdiri dari duduknya, ia menghampiriku.

“rara!! Maafin abang!! Abang tau abang salah, abang tau abang gak semestinya bertingkah seperti ini, rara gak salah kok punya komitmen, maafin abang yang gak bisa menghargai komitmen rara, maafin abang” bang rico berdiri dan membalikkan badannya, kini ia berdiri membelakangiki, ia melihat kearah teman-temannya yang sedang terdiam.

“teman-teman. Aku tahu kalian sangat ingin aku senang, dan bahagia, aku tahu kalian care sama aku, dan aku juga tahu kalian ingin aku mendapatkan apa yang aku inginkan, tapi tolong, jangan salahkan rara, rara tidak salah, ia tidak salah, aku lah yang salah, tidak sepantasnya kalian memperlakukan rara seperti itu, karena memang benar apa yang dikatakan rara bahwa sahabat lebih baik dari pada pacar, karena persahabatan pastinya tidak akan lekang dimakan waktu. Mendengar perkataan bang rico semuanya berdiri dan terlihat menyesal mereka semua menghampiri aku.

“rara maafin kami ya!!!” semuanya bersuara serentak menhampiriku, aku berdiri, dan memeluk salah satu dari mereka.

Sejak saat itu hubunganku dan bang rico juga dengan semua teman-teman sesama karyawankun disini menjadi baik lagi, kami menjadi akrab kembali seperti sediakala, sperti tidak pernah ada masalah. Kami semua kembali tersenyum dan solid satu sama lainnya, tidak ada lagi sikap dingin yang kudapati dari mereka, semua menjadi indah lagi, tidak ada lagi rasa bersalah dalam diriku. Dan sejak saat itu aku dan bang rico beneran menjadi sahabat dekat, dan sangat dekat, setiap hari kami saling curhat dan bercanda, kami jadi saling tahu satu sama lain, beda sama sebelumnya, kami jadi mengetahui apa yang kami suka dan apa yang kami tidak sukai sehingga kami menjadi saling waspada terhadap perasaan satu sama lainnya, semakin hari kami semakin dekat dan akrab hingga akhirnya kedekatan ini membuatku merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatiku, dan didalam keheningan malam aku bertanya dalam nada yang pelang didalam fikiranku” APA INI CINTA?”

-tamat-





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bijak dan lugas adalah kunci sebuah kritik dapat dinalar dengan otak dan dapat dicerna oleh mata !